Sabtu, 27 Juli 2013

KELUARGA SYAIKHUNA PART 2

KH. Abdullah Ubab Maimoen (Putra Pertama)

Beliau adalah putra pertama dari tiga bersaudara hasil pernikahan al fadhil KH Maimoen Zubair dengan istri pertamanya ibu Nyai Hj. Fahimah binti KH Baidhowi Lasem. Dilahirkan di Sarang, Rembang pada tanggal 10 Agustus 1954 M. beliau kecil sudah sangat akrab dengan lingkungan pesantren. Mengaji, sholat berjamaah, sekolah madrasah adalah kebiasaannya sehari-hari yang sudah menjadi didikan putra kyai. Sehingga tak heran jika akhirnya membentuk pribadi yang saleh dan memiliki kadar intelektual yang tinggi. Beliau melanjutkan studinya di madrasah Darul Ulum, Jombang selama periode 1971-1973.
Setelah mengenyam pendidikan di Jombang, beliau memperdalam ilmunya di PP Lirboyo pada tahun 1974-1977, mengikuti jejak sang ayah yang dulunya pernah nyantri di sana.
KH. Ubab dewasa terkenal dengan pergaulan yang supel, baik dengan kawan maupun lawan, punya solidaritas tinggi dan tawadhu'. Setelah lulus dari PP Lirboyo beliau melanjutkan perjalanan sucinya ke tanah Haram, mengabdi dan mengaji di bawah bimbingan dan naungan Sayyid Muhammad bin Alawi al Malikiy. Hingga tiba waktunya beliau pulang ke tanah air untuk mengembangkan dan memperjuangkan ajaran para guru, ajaran ulama' salaf, ajaran Rosulillah di kelas muhadhoroh. Beliau memegang fan ushulul fiqh dengan mengajar kitab Ghayatul Wushul.
Akhirnya di Sarang, bersama para masyayikh beliau ikut mengembangkan pesantren Sarang khususnya PP Al Anwar. Di luar gelanggang pesantren beliau pun gigih memperjuangkan Islam lewat medan politik. Terbukti dari tahun 1990 sampai sekarang beliau masih menjabat sebagai pengurus DPC PPP Kabupaten Rembang.


KH. Muhammad Najih Maimoen (Putra Kedua)

Beliau adalah putra kedua Syaikhina Maimoen Zubair, adik kandung dari syaikhina KH. Abdullah Ubab MZ. Terlahir di Sarang dengan nama lengkap Muhammad Najih yang terinspirasi dari nama seorang ulama yang konon berasal dari Jawa Timur.
Pelayaran tafaqquh fiddin beliau berawal dari pelabuhan Sarang, tanah kelahiran beliau sendiri. Sejak kecil beliau sangat bersungguh-sungguh belajar ilmu agama, sehingga di antara teman-teman yang lain, keilmuan beliau kelihatan sangat menonjol . Dalam masalah apapun beliau tak pernah mengenal kata main-main. Tak pelak bila sang kakek KH. Zubair Dahlan sangat menyayangi beliau, karena mulai kecil sudah terlihat tanda-tanda akan menjadi seorang ulama' yang gigih memperjuangkan ajaran aswaja. Seiring perubahan ruang dan waktu beliaupun beranjak dewasa dan berhasil menamatkan jenjang pendidikan di MGS hingga suatu ketika Sayyid Muhammad berkunjung ke Indonesia dan bermukim di Malang, selama bermukim di malang Sayyid banyak mengajarkan kitab-kitab salaf, yang pesertanya banyak dari kalangan para santri di antaranya adalah beliau. Hingga suatu hari Sayyid menunjuk beliau untuk menjadi muridnya di Makkah.
Pada sekitar tahun 1982 beliau berangkat ke tanah suci Makkah untuk mencari jati diri sekaligus ber-tabahhurul ilmi. Dengan semangat dan tekatnya beliau sunggug-sungguh menggeluti ilmu syari'at, hal itu patut kita jadikan rujukan motivasi. Di sana beliau setia berkhidmah pada Sayyid bertahun-tahun hingga akhirnya beliau pulang ke kampung halaman dan langsung terjun ke lapangan membantu sang ayah mengembangkan pesantren yang telah didirikannya. Melihat keilmuan beliau yang mumpuni dan pendidikannya yang tinggi, oleh sang ayah pada tahun 1995 beliau diamanati untuk membimbing dan mengasuh salah satu khos di PP Al Anwar, khos itu bernama Darus Shohihain sesuai dengan kecintaan beliau pada ilmu hadits.


KH. Majid Kamil Maimoen (Putra Keempat)

Majid Kamil, demikian nama lengkapnya. Beliau lahir pada tanggal 20 Juni 1971 di desa Karangmangu, Sarang, Rembang. Beliau merupakan putra keempat KH. Maimoen Zubair dari istri kedua Hj. Masthi’ah binti KH. Idris asal Cepu, Blora. Beliau kecil tumbuh sebagaimana layaknya putra-putri Syaikhina Maimoen, merasakan gemblengan ilmu agama sejak kecil.
Madrasah Ghazaliyah Syafi'iyyah (MGS) adalah awal tempat pengembaraan beliau di jagad keilmuan yang tak berujung. Santai dan ulet adalah kepribadian beliau namun diiringi dengan kesungguhannya dalam belajar. Setelah menamatkan pendidikan di MGS pada tahun 1992 M beliau dikirim ke Ma'had Darut Tauhid, Makkah Al Mukarromah untuk menimba ilmu kepada Sayyid Muhammad. Disana beliau mengaji, baik yang bersifat klasikal sampai sorogan kepada para ulama yang didatangkan ke Ma'had Darut Tauhid.
Pada tahun 2003 beliau diizinkan pulang ke Sarang. Sepulang dari Makkah Al Mukarromah, beliau menetap di Sarang dan mengajar di mengajar PP Al Anwar, membantu merealisasikan visi dan misi sang ayahandanya. Saat ini beliau mengajar bidang ilmu Mushtholahul Hadits.



Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, MA. (Putra Kelima)

Gus Ghofur, demikian Putra kelima KH. Maimoen Zubair dari istri kedua, Ibu Nyai HJ Masthi'ah, biasa dipanggil. Pemilik nama lengkap Abdul Ghofur ini dikenal bandel semasa kecilnya. Tidak seperti kakak-kakaknya, Ghofur kecil terhitung sering bermain seperti layaknya anak-anak di kampung nelayan. Namun, sebagai putra Ulama, sifat-sifat kesalehan yang ditanamkan orang tuanya, membuat ia berbeda dari anak kampung sebayanya.
Pendidikan dasar hingga menengah dituntaskannya di Madrasah Ghazaliyah Syafi'iyyah, Sarang, Rembang. Semasa belajar di Ghozaliyah, putra Mbah Moen yang sudah dikenal cerdas dan kritis sejak belia ini banyak meraih prestasi. Bintang Kelas dan Rais kelas, sebuah jabatan prestisius di lingkungan pesantren Sarang, hampir tidak pernah luput dari genggamannya.
Tidak hanya urusan pelajaran, di bidang organisasi pun prestasinya cukup mengkilap. Selama dua periode berturut-turut Ghofur remaja dipercaya sebagai ketua Demu MGS (OSIS-nya MGS).
Seabrek prestasi ditambah kedudukannya sebagai putra Ulama, tidak membuatnya angkuh, sombong dan dumeh (mentang-mentang). Memang demikian putra-putri Mbah Moen dididik. Untuk ukuran agagis dengan santri ribuan, putra-putri Mbah Moen relatif bersikap egaliter.
Usai menyelesaikan pendidikan di MGS tahun 1992, Gus Ghofur sempat membantu Abahnya mengajar di pondok dan mengomandai keamanan Pusat. Pada 1993 beliau melanjutkan studinya di Al-Azhar University, Kairo. Ini merupakan hal baru dalam tradisi pendidikan putra-putri Mbah Moen.
Di Kairo, kecerdasannya kembali menorehkan prestai mengkilap. Selama empat tahun menyelesaikan program S1 Usuhuludin jurusan Tafsir di Al-Azhar, semua ujian dilaluinya dengan nilai Jayiid Jiddan, sebuah prestai langka di kalangan mahasiswa Indonesia di Kairo. Materi Program S2 di jurusan yang sama selama dua tahun juga dilahap dengan hasil akhir Jayyid Jiddan.
Keberhasilan itu tidak lepas dari ketekunan dan kesabaran yang "tiba tiba" menjadi kebiasaan beliau selama belajar di Kairo. Ketika di MGS Sarang, beliau tidak termasuk orang yang rajin. Tetapi sejak di Kairo beliau bisa dan biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memelototi kitab. Dan ketika ketekunan dan kesabaran itu dipadu dengan karunia Allah, kecerdasan, maka prestai akademik adalah sesuatu yang niscaya terjadi.
Tentang hal ini ada kawan yang bercerita, "Sing ngajari bahasa Inggris Gus Ghofur, ki, aku. Eh, pas ujian aku mung Jayyid Jiddan, Gus Ghofur malah mumtaz". Siapa yang tidak tahu kalau ketika pertama kali datang ke Kairo Gus Ghofur Awam bahasa Inggris. Namun ketekunan dan kesabarannya telah berhasil menjinakkan ujian bahasa Inggris di Al-Azhar.
Setelah melalui perjuangan yang melelahkan, pada 2002 gelar Master berhasil diraihnya. Dikatakan melelahkanm karena untuk mencapi gelar itu Gus Ghofur harus menulis tesis setebal 700 halaman dan harus mencantumkan banyak maraji'. Padahal tradisi menulis baru ia tekuni sejak tahun keempatnya di Kairo. Orang yang mengenal Ghofur kecil dan tidak mengikuti perkembangannya di Kairo pasti terheran-heran ketika googling "Abdul Ghofur Maimoen" di internet. Sebab hasil googlingitu akan menampilkan berbagai tulisan beliau yang pernah dimuat di dunia maya. Ya, dari Abdul Ghofur yang gagap tulis menjadi Abdul Ghofur yang produktif menulis.
Gus Ghofur mengakhiri masa lajangnya pada tahun 2003. Gadis yang beruntung dipersuntingnya adalah Nadia, putri KH Jirijis bin Ali Ma'shum Karpyak Yogyakarta. Dari perkawinannya beliau telah dikaruniai seorang putra bernama Nabil.
Kader NU Mesir Raih Gelar Doktor Tafsir dari Univ Al-Azhar
Desertasi setebal 1700 halaman dan terbagi menjadi 2 jilid ini disidangkan pada hari Sabtu (12/6) di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar. Salah satu kader terbaik Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Mesir, Abdul Ghofur Maemun, kembali telah mengharumkan nama baik Indonesia dan menambah deretan peraih gelar Doktor di bidang ilmu tafsir. Ia lulus setelah dapat mempertahankan dari desertasinya yang berjudul Hasyiah Al-Syekh Zakaria Al-Anshary Ala Tafsir Al-Baidhawy, Min Awwal Surah Yusuf Ila Akhir Surah l-Sajdah dengan hasil yang mumtaz ma'a martabati syarafil ula (summa cumlaude) dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Yang menarik adalah prakata dan kutipan akhir sebelum pengukuhan gelar dari para guru besar dan tim penguji terhadap desertasi putra kiai kharismatik asal Sarang, Jawa Tengah, KH Maemun Zubair ini adalah "Syarah dan komentar yang ditulis Syeikh Abdul Ghofur ini lebih baik dari yang di tulis Syeikhul Islam, Syekh Zakaria al-Anshori". Sementara Rais Syuriyah PCNU Mesir Dr Fadlolan Musyaffa berkomentar "Ini sungguh luar biasa. Andai ada nilai di atas summa cumlaude, mungkin akan dianugerahkan pada sidang disertasi Gus Ghofur. Sayang, hasil itu sudah mentok paling atas," terangnya seusai acara. Desertasi setebal 1700 halaman dan terbagi menjadi 2 jilid ini disidangkan pada hari Sabtu (12/6) di Auditorium Abdul Halim Mahmud, Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar. Sebagai tim pengujinya adalah Prof Dr Muhammad Hasan Sabatan, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Ushuluddin Kairo (penguji dari dalam), Prof Dr Ali Hasan Muhammad Sulaiman, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fakultas Dirasat Islamiyyah Banin Kairo (Penguji dari Luar) dan dua pembimbing Prof Dr Sayid Mursi Ibrahim Al-Bayumi, Guru Besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fak.Ushuluddin Kairo dan Prof Dr Abdurrahman Muhammad Aly Uways, guru besar Tafsir dan Ulumul Qur`an Fak. Ushuluddin Kairo. Selain itu juga, sidang yang dimulai pukul 14.00 waktu setempat dihadiri sekitar seratusan lebih mahasiswa/i dan simpatisan baik warga Indonesia maupun Mesir.


KH. Abdur Rouf Maimoen (Putra Keenam)

Beliau sering disapa dengan panggilan Gus Ro’uf. Beliau adalah putra ketiga pengasuh PP Al Anwar KH Maimoen Zubair dari istri kedua Nyai Hj Masthi’ah binti KH Idris. Beliau lahir di Sarang, Rembang pada 3 Desember 1974.
Setelah menyelesaikan studi di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah beliau menimba ilmu di Pethuk, Kediri, Jawa Timur. Kemudian melanjutkan pendidikannya di ma'had Sayyid Muhamad Alawi Al Malikiy, tepatnya pada tahun 1996 M.
Dengan kegigihan dan keuletan beliau dalam belajar ilmu agama, beliau menjadi salah satu santri kepercayaan Sayyid Abbas Alawi Al Malikiy hingga akhirnya pada penghujung tahun 2006 M beliau memutuskan kembali ke tanah kelahiran. Hanya dalam hitungan hari sejak kepulangannya, beliau kembali ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Bertepatan dengan hari itu pula beliau dinikahkan dengan putri KH. Imam Mahrus asal Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.
Sepulang dari Makkah Al Mukarromah beliau ikut mengajar di kelas Muhadhoroh dan memegang fann Qowa’idul Fiqh.


KH. Muhammad Wafi Maimoen (Putra Ketujuh)

Gus Wafi -demikian dipanggil- adalah putra keempat dari pasangan KH Maimoen Zubair dan Nyai Hj. Masthi’ah. Beliau lahir pada tanggal 15 Maret 1977 M. di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Beliau mengenyam bimbingan agama sejak kecil melalui sang ayah dan para guru di Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah. Wafi kecil tumbuh dengan dengan budi pekerti yang baik dan memiliki kepedulian keilmuan yang tinggi.
Setelah lulus dari Madrasah Ghozaliyyah Syafi'iyyah (MGS) -pada tahun 1998 M- beliau mengais ilmu di Universitas Al Fattah Al Islamiy Damaskus, sebuah Universitas terkemuka di Syiria. Di sana beliau mendapat "sentuhan tangan dingin" DR Sa’id Romdhon Al Buthiy, DR Wahbah Az Zuhailiy dan dosen-dosen senior di bidangnya. Selanjutnya -setelah menyelesaikan jenjang pendidikan 4 tahun di Syiria, beliau meneruskan studinya di Universitas Zamalik, kota tua Kairo, Mesir.
Beliau kembali ke Sarang pada tahun 2004 M dengan semangat yang membara dan ide-ide yang brilian, beliau ikut membantu meningkatkan mutu pendidikan di Sarang, khususnya Ma'had Al Anwar tercinta. Saat ini beliau mengajar di kelas Muhadhoroh dengan fann ilmu Tarikh.

 sumber ; http://ppalanwar.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar